Pengukuran Denyut Nadi
Karakteristik teknik:
·
Pembuluh nadi terdapat pada pergelangan tangan
atau leher.
·
Jari telunjuk atau jari tengah digunakan untuk mengukur,
bukan ibu jari.
·
Denyut nadi dihitung selama 10 detik, kemudian
dikalikan 6 menunjukkan denyut jantung permenit atau 6 detik kemudian dikalikan
10 menunjukkan denyut nadi permenit.
1.
Latihan Nomor Lari Jarak Menengah dan Jarak Jauh
Pelari jarak
menengah dan jauh harus mengembangkan daya tahan umum, juga daya tahan yang
khusus atas tuntutan energy dari nomor masing-masing.
Daya tahan
umum adalah daya tahan aerobic, yang berarti system jantung pernapasan dapat
memenuhi semua kebutuhan oksigen untuk keperluan latihan. Daya tahan khusus
nomor (event specific endurance) adalah kombinasi dari daya tahan aerobic dan
daya tahan anaerobic, dimana system jantung pernapasan tidak mampu memenuhi
kebutuhan oksigen latihan. Semakin jauh jarak lomba semakin penting daya tahan
aerobik, bagi daya tahan khusus nomor ini dan semakin pendek jarak lomba
semakin penting daya tahan anaerobic.
Hal yang
penting untuk pelari jarak menengah dan jarak jauh adalah:
·
Latihan terus-menerus: berlari relative jarak
jauh dengan kecepatan yang hampir konstan tanpa istirahat. Latihan terus
menerus digunakan untuk mengembangkan daya tahan umum dan juga untuk pemulihan.
·
Latihan interval: himpunan lari latihan atau
usaha untuk kecepatan tempuh, jarak dan interval istirahat ditegaskan. Latihan
interval dapat dibagi dalam dua tipe yaitu: ekstensif dan intensif.
Bila latihan
menekankan pada daya tahan umum, maka yang digunakan adalah latihan interval
ekstensif. Bila penekanan latihan pada daya tahan khusus nomor, maka latihan
interval intensif yang digunakan.
Beban latihan
biasanya ditentukan oleh parameter-parameter berikut ini:
·
Kecepatan lari
·
Volume, yang dapat dijelaskan dengan jarak lari
atau waktu atau jumlah usaha atau jumlah set atau latihan.
·
Istirahat atau interval antara usaha yang
berbeda-beda atau antara set-set usaha.
2.
Mengembangkan daya tahan umum
Daya tahan
umum dikembangkan melalui latihan terus menerus dan latihan interval ekstensif.
Kecepatan langkah yang digunakan untuk kedua metode ini harus didasarkan atas
kecepatan aerobic si atlet. Metode-metode ini harus diterapkan sepanjang tahun
latihan sesuai petunjuk dibawah ini.
·
Lari terus-menerus lambat (tujuan: untuk
regenerasi/pemulihan)
Kecepatan : 70% kecepatan aerobic
Volume :
sampai 30 menit
Istirahat :
tidak diterapkan.
·
Lari jarak jauh lambat (tujuan:untuk daya tahan
umum)
Kecepatan :
80-85% kecepatan aerobic
Volume :
90-150 menit.
Istirahat :
tidak diterapkan.
·
Lari jarak menengah terus-menerus (tujuan: untuk
daya tahan umum)
Kecepatan : 85-90%
Volume :
30-90 menit.
Istirahat :
tidak diterapkan.
·
Latihan interval ekstensif (tujuan : untuk daya
tahan aerobic)
Kecepatan : 105-110% kecepatan aerobic.
Volume :
ditambah sesuai jarak perlombaan.
Istirahat :
bergantung pada lari individu didalam sesi-sesi latihan.
Sesi-sesi
latihan :
a)
2 x 10 x 200 m (istirahat tanpa repetisi lari =
waktu lari, istirahat antara set-set latihan = 5 menit).
b)
15 x 400 m (istirahat antara lari = waktu lari).
c)
1 menit, 2 menit, 3 menit, 2 menit, 1 menit
(istirahat antar lari = waktu lari).
Catatan:
Bila menggunakan latihan interval
ekstensif, pelatih harus memonitor kecepatan dengan cermat guna menjamin bahwa
ini tetap berada didalam batas dan tidak kompromi dengan keterampilan atlet
untuk menyelesaikan sesi. Berlari terlalu kencang selama latihan interval
ekstensif adalah suatu kesalahan umum.
3.
Kecepatan Irama Lari Aerobik dan Kecepatan Irama
untuk Latihan Daya Tahan Umum.
Kecepatan
aaerobik dapat ditentukan dengan menggunakan suatu tes lari 30-60 menit.
Kondisi masing-masing tes seorang atlet
harus melakukannya semirip mungkin. Bila jarak yang ditempuh dalam tes lari
diubah ke dalam waktu per kilometer atau meter perdetik, ini menggambarkan
kemampuan aerobic rata-rata sipelari atau kecepatan aerobic. Percobaan hasil
tes adalah sebagai berikut:
Hasil tes lari
: 13500 m diubah menjadi 45 menit
(2.700 detik)
Kecepatan
aerobik : 5,0 m/dtk (13.500/2700 = 5,0 m/dtk atau 320 mnt/km (1000m/5,0 dtk =
200 dtk/km = 3:20 mnt/km
Menghitung
kecepatan untuk latihan lari terus menerus dan latihan interval ekstensif dari
kecepatan aerobik atlet seperti pada contoh berikut:
Kecepatan aerobik :
3:20 mnt/km (200 dtk/km)
70% kecepatan aerobik : 4:46
mnt/km
(200
dtk x 100/70 = 286 dtk
=
4:46 mnt/km).
Contoh kecepatan latihan bagi
seorang atlet dengan kecepatan aerobik 3:201km.
·
Pace lari terus menerus lambat (70% kecepatan
aerobik) 4:46 mnt/km
·
Pace lari jarak jauh lambat (80-85 kecepatan
aerobik) 4:10-3:55 mnt/km
·
Pace lari terus menerus medium (85-90% kecepatan
aerobik) 3:55-3:42 mnt/km
·
Pace lari terus menerus cepat (90-95% kecepatan
aerobik) 3:42-3:25 mnt/km.
·
Pace latihan interval ekstensif (105-110%
kecepatan aerobik) 3:10-3:00 mnt/km
4.
Mengembangkan Data Tahan Khusus Nomor
Daya tahan
khusus nomor dikembangkan hanya melalui latihan interval intensif. Kecepatan
yang digunakan untuk metode ini biasanya goal pace yang didasarkan atas sasaran
waktu/prestasi untuk jarak perlombaan dia. Latihan interval intensif harus digunakan lebih mendekati dan selama
periode perlombaan, berdasarkan petunjuk berikut ini.
·
Latihan interval intensif (t ujuan : untuk daya tahan khusus
nomor)
Kecepatan :
berdasar atas goal pace.
Volume :
meningkat bersama bertambahnya jarak perlombaan
Istirahat :
bergantung dari usaha individu dalam sesi latihan.
Contoh untuk pelari 1.500 m dengan sasaran 4:15 menit.
Kecepatan : goal pace 68 dtk/400m
Volume : lari
sampai 75% dan jarak lomba (dalam hal ini 1200 m)
Istirahat :
istirahat pendek antar usaha (2-4 mnt) dan istirahat penuh antara set-set
latihan sampai 30 menit
Contoh sesi latiha :
Set 1 :
1 x 1200 m dengan kecepatan sasaran dan 1 x 400 m lari secepat-cepatnya (
istirahat antara usaha : 3 menit; istirahat setelah satu set latihan : 30
menit)
Set 2 :
4 x 400 m dengan kecepatan sasaran (istirahat antara usaha : 2 menit).
Contoh untuk pelari 10.000 m dengan sasaran prestasi
waktu 37 menit
Kecepatan : goal pace 3:42 mnt/1000m
Volume :
berlari lebih jauh dari 1000 m atau 5 menit sampai 5000 m
Istirahat :
istirahat singkat (2-5 mnt) antara usaha.
Contoh sesi latihan :
2 x 5000 m dengan kecepatan sasaran
(istirahat antara usaha : 5 menit)
5.
Sasaran Kecepatan (Goal Pace)
Sasaran
kecepatan untuk tiap jarak latihan dapat dihitung dari sasaran waktu si atlet
dalam nomornya seperti contoh berikut,
Sasaran waktu dan nomor : 1500 m
dalam 4: 15,0
Sasaran waktu dalam detik : 4 :
15 mnt = 255 detik.
Sasaran kecepatan per 100 m : 255 dtk /15 = 17 dtk/100 m
Sasaran kecepatan per 400 m : 17 dtk x 10 = 170 dtk/1000m (2:50
mnt/km).
Kecepatan rata-rata (m/dtk) : 1 500 ml 255 dtk = 5,9 m/dtk
6.
Memonitor latihan
Pengaruh lari
terus menerus dapat dimonitor dengan mengobservasi signal yang Nampak (napas,
warna kulit, koordinasi) dan dengan mengukur denyut nadi per menit si atlet.
Denyut nadi harus dihitung selagi berlari (bila suatu alat monitor denyut nadi
tersedia) atau dalam waktu 15 detik dari selesainya lari. Bergantung usia si
atlet dan kecepatan larinya, denyut nadi haruslah diantara 120-170 kali
denyutan permenit.
Dalam latihan
interval denyut nadi selama melakukan latihan adalah tidak penting. Namun,
pelatih harus hati-hati mengevaluasi tanda-tanda yang lain, termasuk
kecepatannya, tanda-tanda yang Nampak dari usaha pelari dan pemulihan denyut
nadi setelah latihan, dalam rangka mengerti efek dari beban latihan.
Denyut nadi
juga member ini formasi berharga tentang kemampuan si atlet untuk pulih
kembali. Untuk maksud ini denyut nadi harus dihitung setelah 3 menit selesai
berlari terus menerus dan pada 2 menit interval sampai kembali ke 100 denyutan
per menit. Ini harus diambil sesudah 5 menit setelah usaha dalam latihan
interval (ekstensif ataupun intensif).
Table berikut
ini memberikan petunjuk untuk mengevaluasi pemulihan denyut nadi.
Pemulihan setelah lari terus menerus
|
Pemulihan setelah usaha dalam latihan interval
|
||
Denyut nadi kembali 100 setelah :
|
Denyut nadi kembali setelah 5 menit
|
||
3:00 atau kurang
|
Sangat baik
|
100-105
|
Sangat baik
|
5:00
|
Memuaskan
|
105-115
|
Baik
|
5:00 atau lebih
|
rendah
|
115-120
|
Memuaskan
|
120-130
|
Rendah
|
||
130 atau lebih
|
Sangat rendah
|
7.
Meningkatkan Beban Latihan
Meningkatkan
bebab latihan didalam suatu program latihan tahunan atau dalam tahun-tahun
latihan berurutan, harus direncanakan dengan penuh hati-hati dan sistematik.
Berikut ini suatu petunjuk:
Latihan lari
terus menerus dan latihan interval ekstensif
Langkah 1 :
menambah jumlah sesi mingguan latihan aerobik.
Langkah 2 :
menambah volume dan sesi-sesi latihan (jarak lari/lama lari atau jumlah usaha).
Langkah 3 :
menambah intensitas sedangkan jarak/lama lari dikurangi atau jumlah usaha).
Langkah 4 :
mengadptasikan intensitas secara individu sesuai hasil dari tes latihan.
Langkah
interval intensif
Langkah 1 :
menambah volume dari suatu sesi dengan meningkatkan set latihan ( memeihara
jarak yang sama dan pace dalam set latihan).
Langkah 2 :
menambah volume dari suatu sesi dengan meningkatkan panjang/lamanya usaha
(memelihara jumlah dan pace).
Langkah 3 :
menambah intensitas (pace) dari usaha.
Langkah 4 :
mengurangi istirahat antar usaha.
No comments:
Post a Comment